Nama panggilannya Faiz. Kader muda dan lucu ini ikut DM 1
pada tahun 2013 dengan pencarian seorang pengelana tanpa peta. Namun ia
memiliki kompas berupa jaringan persaudaraan. Faiz boleh percaya bahwa
orang-orang baik akan bertemu dengan kadar dan petunjuk iman kepada kelompoknya.
Bila seorang telah terpatri dalam dirinya karakter pemuda Islam (Ali bin Abi Thalib,
Salahuddin al Ayubi, Arqam, Sultan Muhammad Mahmed al Fathin 1645, Al Makmun),
maka ia akan termiliki dua konsekuensi. Ia akan bergerak, atau rasa berjuang
akan mengantarkan ia pada dakwah.
Faiz seorang inisiator, kritikus, kader/dai, desianer, leader¸
joker, arsitek, gastronom.
Suatu
saat setelah latihan drama di lapangan belakang SC, saya menghampirinya sedang
membaca buku karya bang Izuddin ‘quantum tarbiyah’, sendiri sambil duduk santai.
Entah mengapa Faiz senang menjadi baik dengan aksi membuka jarkom stand. Saat setelah
TM DM 1 (30 Oktober 2014), “Besok kita ndak buka stand lagi yoo!”. Faiz terdiam
seperti telah lupa pernah bermimpi indah dan sehat.
Dan
pada agenda sosialisasi pengenalan KAMMI kepada antar OMEK atau pengguna tetap
jalan tengah antara gedung A dan gedung B dengan membagi-bagi takjil, Faiz
sangat bersemangat membagi sebakul es yogurt dan bubur kepada mereka. Ia senang.
Betapa senangnya berbagi. Betapa bahagia menjadi mujahid. Betapa bahagia
memiliki kesalehan pribadi. Satu langkah menuju kecakapan sosial, sebagaimana
dua syarat tarbiyah siyasah oleh Kang Cahyadi.
Suatu
kali Faiz telah menemukan sumber darah mendidih dalam dadanya. Sebuah pancuran
yang berpancaroba. Yang pernah dirasakannya dulu, sewaktu DM. yakni ketika
family gathering (19 Oktober 2014). Betapa suguhan kalimat dan statement
seorang agitator, Win Ariga menambah kepercayaan dirinya. Menyimpulkan tali
yang selama ini hampir tak tertarik pada satu sisi, bahwa ia sedang berguna. Dan
semoga ia membaca fiqh dakwah, Syaikh Mustafa Mashur, yang kerap menggenapi
semua perasaan mujahid tentang kerja keras dan usaha tanpa batas pada bab
pembentukan dakwah (takwin).
Faiz
memiliki rival. Ia sering memanggilnya Oik. Bahkan ia selalu menyimpan serta
menceritakan satu kisah tentang Okik kepada peserta DM, dan juga kepada saya. Okik
seorang koordinator departemen kaderisasi KAMMI UG Bali, sedang Faiz adalah
seorang staff departemen kaderisasi KAMMI UIN Malang. Faiz pernah iri. Dan saya
menyelipkan motivasi fastabiqul khoirot.
Faiz
bersemangat mengikuti jenjang AB3. Suatu semangat yang langka. Baru dua kader
yang sungguh-sungguh ingin mengikuti DM3, dan keduanya mengungkapkan kepada
saya secara langsung. Yakni Abdul Haris Syafii (staf KP), dan Faiz Ahmad Ubaidillah
(staf KD).
Faiz
benci pesimistis. Faiz aktif mendayakan kepala dan idenya pada pengayaan,
manajerial, operasi sebuah bahan baku sumber daya. Sebuah kualitas dari kerja
kolektif dari seni ketidakmungkinan oleh Ustadz Anis Matta. Faiz selalu
berinteraksi tentang percaya diri dan komunikasi dengan Fauzan Azhim Winata
(co.KD) dan Ujang Fauzan (sekretaris Danus). Ketiganya kompak menciptakan
lelucon yang selalu mengarah pada politisasi emosional intensif. Sebuah laku
sederhana tentang tidak mudah marah dalam membuat lelucon.
Faiz
benci kepada kata ‘afwan’. Sebuah kata. Diksi apologia dialektik
permisiv yang terkompromi.
Suatu
sore transisi mendung kepada senja (28 Oktober 2014), Faiz bercerita tentang
keyakinan, yang saya percayai. Pertama, ia percaya bahwa angkatannya adalah
kader-kader terbaik, pemutus rantai keterpurukan aksi dan komunikasi dari
seniornya. Mereka adalah 4 terbaik. Ade Sofiarani (staf KP), Faiz Ahmad
Ubaidillah (staf KD), Izzah Abidah (staf KD), Seta Mahardika Caesar Wahyuono
(staf KP). Buktinya, mereka punya bakat untuk menularkan ruhul istijabah (responsibilitas
spiritual) pada setiap agenda koordinasi dan evalusi, serta menjadi
kehati-hatian bagi para pesibuk oleh para pemilik mata penjagal. Dan selalu tak
luput menyisipkan komentar terkini mengenai kekompakan, efektivitas kolektif,
fungsi distribusi, dan ekspektasi popularitas kinerja organisasi. Selalu mewah
dan patut dihadapkan dengan militansi. Kedua, kepada Seta, ia bercakap dengan
lirih tentang pondasi siyasah (politik) KAMMI dengan benih kader yang banyak
tahun 2014. Sebuah debut bagi Faiz. Dengan lirih, ia seperti menyusun
konspirasi. Mungkin begitulah keyakinan Assisi pada suksesi Mursyi, atau
begitulah senyum seringai pedang samurai Ayatullah Khomeini dengan revolusinya
kepada Reza Pahlevi Khan, atau bayangan hitam yang berpendar dalam kuasa bibir
Hitler, Lanin, Stalin pada pembantaian masal, Holocaust sebagai hadiah masa
lalu.
Faiz
melewati hari dengan sederhana, ia begitu berbeda. Larut pada dakwah juga merembes
pada ruang sempit hatinya, mengenai
akedemisi, dan segala cek-cok warna KHS yang sok menentukan. Faiz memainkan
geliat cita rasa dakwahnya hampir gemilang, dengan sungguh-sungguh dan
hati-hati ia memampatkan kalimat perintah orang tuanya tentang kesuksesan pada
sela amanah wajihah.
Faiz
suka berbagi dan meminta umminya memaksakan hajatannya untuk berbagi.
Faiz
berpotensi mengembangkan dan meledakkan gagasan mengenai pengaruh politik,
sistem sosial kepemimpinan, dan manajerial yang sangat jarang diketahui
eksistensinya dalam hati-hati kader. Sejauh ini baru tiga orang. Taufiqurrahman
(co KP 2014), Adib Khairul Umam (Ketumsat 2013-2014), Raqwan al Aidrus
(Sekumsat 2012-2013).
Alasan.
Taufiqurrahman, adalah pemimpin muda kepribadian sehat bersemangat. Kerap terinspirasi
oleh Fahri Hamzah (pionir KAMMI 1998), Anis Matta (IPM). Taufiq paham dan
cerdas tentang peletakan posisi keberpihakan organisasi yang kerap cadas,
parsial, dan berkonsekuensi. Taufiq sangat menyukai bila menyelesaikan
mantuba-mantuba, sehingga kepemimpinannya selalu ia selesaikan dengan titipan
pesan para dai. Contoh, bila dalam syuro, jangan melibatkan pengalaman ketidakmampuan
kader , karena kata Taufiq menasehati orang di depan khalayak adalah sama
dengan melecehkan. Entah darimana kutipan itu ia ambil. Sayang, bakat Taufiq
selalu terhisap dan terbagi untuk mengembangkan UKM Taekwondo.
Alasan.
Adib Khoirul Umam, adalah pemimpin dengan cita rasa diktatorialisme, idealisme,
presisiatis, dan glamoris. Tampak pada tata spasial, tata alokasi, tata
diskusi, dan tata strukturalis.
Alasan.
Raqwan al Aidrus, wisudawati terbaik 2013. Mampu memutar stel fleksibilitas
adiptif patner. Selalu menciptkan momentum daya guna memoriam. Tak pernah
ketinggalan isu, dirindukan oleh senior, junior. Memiliki kemampuan klarifikasi
dan tegas keras pada sesi SGD maupun penyusunan buku sejarah (red-draf
musykom).
Faiz,
memiliki mimpi layaknya seorang muda dengan gairah para mujahid angakatan tahun
tinggi. Tentang diasporasitas dakwah, pengukuhan sayap dakwah, dan menjadi yang
terbaik. Selalu suka terbawa atmosfir perasaan. Dan selalu siap untuk lebih
riang, bila dihadapkan dengan keyakinan. Apapun itu banyak lagi, hal tentang
Faiz.
Faiz
selalu mengumandangkan tentang dakwah universal. Dakwah tidak terpaut paralel
pada subjek, keterangan tempat dan waktu. Bila bertemu dengan manusia dengan
pemetaan tipe alur lembaga, ia selalu menyarankan afiliasi.
Faiz
tidak terburu-buru dan memiliki tekstur keindahan realis magis dan berimbang yang
sangat pribadi mengenai disain media fisik. Sekali-kali Faiz cerdas berasosiasi
perasaan dan sakit hati. Ia akan mudah menerima, karena komunikasi yang
tendensius saling sengkarut, sebuah persimpangan idealitas realitas, das
sein das solen. Namun jiwa mujahid tak selalu tumbuh karena orang lain,
Faiz mengalami sendiri keteguhan diri dan eksistensi KAMMI ke depan. Dan Faiz
memiliki sejuta cerita dan kekayaan hati untuk bersemangat. Faiz bagai alaram
yang terkonsep sistemik. Bisa menderu-deru bila tidak ditransmisikan atau ada
yang rusak pada suku cadang. Namun Faiz tetap sehat, berpuasa. Besok Faiz punya
cerita lagi.