Kader
adalah mahasiswa pilihan untuk bersatu dan beramal dalam organisasi dakwah.
Dalam orientasi di bidang kepemimpinan, penting meneleaah kembali fungsi
organisasi dan petunjuk organisasi. Dalam bidang kampus, kader selalu
berkecenderungan pada tipe-tipe berikut ini:
Pertama,
visi akademisi yang kuat. Ini merupakan hal yang wajar. Karena umumnya sebagai
pertanggungjawaban yang diamanahkan orang tua di rumah. Namun, pada prinsipnya
perkuliahan tentang akademisi ini adalah bagian dari dakwah sederhana bagi
orang lain. Kader yang berprestasi akan menjadi panutan dan tauladan bagi teman
sekelasnya. Ini tidak salah.
Pengaruh dari jenis dakwah ini
tidaklah signifikan. Karena berbagai ragam tujuan dan jenis motif-motif
mahasiswa, menyebabkan pengaruh prestasi bukan menjadi patokan unggulan untuk
mengubah taraf hidup kuliah mereka. Karena mereka kerap mempermasalahkan
bagaimana menyelesaikan kerja kelompok dan tugas dari dosen. Latar belakang dan
sikap dewasa mahasiswa menjadi faktor penentu bagaimana prestasi bukanlah
faktor unggulan.
Mudahnya, bagi kader yang
memiliki visi akademisi yang kuat, adalah aktif di kelas dalam agenda diskusi. Kader
berfungsi sebagai penengah dan pemberi altenatif jawaban untuk materi-materi.
Sikap itu lebih berkesan bagi mereka. Dakwah menjadi satu tingkat lebih hebat.
Maka, penting, sebagaimana pendapat Ustadz Anis Matta dalam bukunya Dari
Gerakan ke Negara, seseorang yang berijtihad harus memiliki kemampuan Fiqh
Wahyi dan Fiqh Waqi’i. Artinya beban indah bagi seorang kader adalah
ia harus lebih pintar pada materi-materi jurusan dan lintas jurusan, dan dakwah
fardiyahnya juga tidak ketinggalan (semisal, mengingatkan teman yang lupa
amanah dan adab dalam muamalah, membantu menyelesaikan pekerjaan, tersenyum,
dan saling mengingatkan). Bagi Ustadz Jalaluddin, penting bagi kader untuk
menghafal minimal hadis Arba’in dan lapar membaca.