Banyak manusia maka seperti akan menegaskan
ragam perspektif, defenisi, sudut pandang, dan sikap spiritual. Banyak manusia
maka potensi pengaruh perubahan menuju keluar batas pengalaman juga terus
berproses. Dalam memaknai misalnya. Selalu ada dua nilai kecenderungan yang
ditimpakan pada objek. Baik dan buruk.
Persimpangan determinan ini menjadi
perdebatan oleh manusia. Karena setiap manusia memiliki referensi dan kosakata
untuk menjatuhkan keputusan dan pilihan-pilihannya.
Bila
Anda perhatikan, mengapa suatu kelompok sangat mendukung agenda besar dan visi
ke depan dalam keorganisasiannya. Karena mereka merasa tujuan dan niat-niat
mereka akan segera tercapai dengan dukungan (partisipasi). Maka, segala sesuatu
yang menghantarkan kepada puncak adalah dorongan (pertolongan). Dan bila sudah bersama
dalam kelompok, maka perkara yang melingkupinya adalah ke dalam. Bila sedang
bersatu maka tidak ada terpengaruh atas usik-mengusik, atau komentar orang lain.
Maka,
untuk segala perbuatan dan niat-niat yang sesuai dengan proses akal budi perlu
ditinjau ulang makna dan arah ke depan dalam persepektif agama, negara,
keilmuan dan adat-istiadat. Karena kelompok yang jahat sekalipun berpotensi
menelurkan seorang pahlawan.
Ada
pahlawan dari kubu yang baik dan dari pihak yang jahat. Pahlawan, sekurang-kurangnya
memberikan kesan mau menolong, mau berkorban, lebih tahu kondisi sehingga
serius dan terus berjuang, terkenang. Karena
pahlawan adalah seorang manusia, maka ia juga tidak akan jauh dari jangkauan
persimpangan baik-buruk. Karena, setiap pahlawan sedang membawa spirit semangat
kelompoknya.
Berarti
permasalahan bisa lebih sederhana dengan melihat berasal dari kelompok mana
pahlawan tersebut.
Ibnu
Qoyyim al Jauzi mengatakan bahwa kebenaran harus punya negara, karena kebatilan
pun punya negara.
Kalau Rasulullah
saw, mengisyaratkan pengaruh kelompok dengan asosiasi profesi tukang besi dan
penjual minyak wangi, maka perhatikan dan pandang. Sedang bagaimana dan di mana
pahlawan Anda berada. Karena pahlawan yang sedang dibicarakan adalah seseorang
yang berada di tengah-tengah kita, membentuk tipe berpikir, dan sedang
mempengaruhi.
Bahkan
dengan konteks keluarga pun, pahlawan bukan tidak mungkin berbeda pandangan.
Kisah
Nabi Nuh A.S menjadi pengibaratan yang nyata. Ketika Allah SWT memberikan
perintah kepada Nabi Nuh A.S untuk membuat kapal, maka ada dua golongan yang
bereaksi dan mempersiapkan. Nabi Nuh A.S dan kaum yang mengolok-ngolok tidak
mau tahu.
Pahlawan
seperti nabi Nuh A.S tidak mungkin berhenti mengajak terus kaumnya, membuat
kapal. Bahkan anak Beliau. Kan’an.
Kan’an
merasa lebih aman dengan pahlawan yang mampu menyelamatkannya ketika air bah
datang dengan terjangan dahsyatnya. Yakni gunung dan yang diikutinya.
Berada
di kelompok mana Kan’an? Apakah berada di kelompok yang baik dengan
pahlawannya? Apakah ia selamat. Kenapa ia tidak bisa selamat dan tidak
mengikuti ayahnya? Q.S Nuh ayat 25 kiranya menentukan akibat dari rentannya
manusia yang khilaf dalam mengikuti jejak pahlawan, “disebabkan
kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka,
maka mereka tidak dapat mendapat penolong selain Allah” (Q.S. Nuh ayat 25)
Dalam
konteks negara Indonesia. Pahlawan sudah banyak yang wafat membawa serta
perjuangan yang hanya Allah sajalah patut membalasnya. Yang mengalirkan darah
semanagat gerakan anti-penjajah dan kemerdekaan bernegara. Nurani pahlawan
berbicara bahwa penjajah akan merampas hak dan karunia teritori dari suatu
wilayah.
Bahkan
ada pahlawan yang menjadi tanda perubahan suatu negara. Seperti pahlawan
revolusi. Pahlawan yang juga berada dalam persimpangan resistensi, karena
mengkhawatirkan ancaman suatu kelompok karena paham. Kalau tidak komunis
maka..? (kapitalis)
Di
setiap periode, pahlawan menunjukkan identitasnya dengan berbeda-beda. Sejarah
mengungkap mereka tentang ketidaksamaan metode dan diplomasi kemerdakaan.
Momentum hari pahlawan mengingatkan kepada generasi penerus kebangkitan bangsa,
yakni pemuda dari kalangan akademisi yakni mahasiswa untuk mampu memberikan
yang terbaik dalam kehidupan. Karena setiap orang berpotensi menjadi pahlawan.
Bila imperialisme dan kolonialisme sebagai
isu pemicu kemerdekaan dengan kedatangan orang-orang asing ke suatu
negara, maka dalam negara yang berdaulat, ketika telah merdeka ternyata
pahlawan tempo dulu belum mampu mensejahterakan alias membawa hasil baik
kehidupan yang diperjuangkan. Apalagi Indonesia dengan penduduk yang beragam
sudah terpecah-belah, pasti sudah kompleks pemaknaan dan maunya.
Mencari
pahlawan yang sungguh-sungguh di masa modern dan majemuk adalah sifat yang
pasif. Bila ada keniscayaan tentang yang terbaik akan timbul ke permukaan, maka
sekarang saatnya tidak menunggu untuk berbuat kebaikan. Karena seorang pahlawan
tidak mungkin menunggu lagi, karena bahaya kematian dan nikmat kehidupan selalu
berada dalam celah kemungkinan-kemungkinan yang nyata (seperti persimpangan
determinan).
Pahlawan.
Pahlawan lokal. Pahlawan nasional. Pahlawan internasional. Pahlawan global. Yuk, mulai dari yang kecil dulu. Bukankah
setiap orang ingin menjadi yang terbaik, sarat memperjuangkan. Memperjuangkan
ide, hak, nilai-nilai kebaikan, perubahan. Anda-anda sekalian berpotensi
menjadi pahlawan yang mungkin bisa jadi lebih berpengaruh lebih berefek lebih
nyata dari pada pahlawan-pahlawan sebelumnya. Bila memang tidak sedang
memperjuangkan hal-hal baik di atas, maka hal-hal apa yang sedang
diperjuangkan?
Kembali
ke persimpangan determinan J!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar