Kamis, 13 November 2014

Narasi Kepahlawanan

Bila Anda mampu memandang. Maka siapkan mata, rasa dan pengetahuan. Karena manusia akan akrab dengan kerja akal dan olah rasa.
            Banyak manusia maka seperti akan menegaskan ragam perspektif, defenisi, sudut pandang, dan sikap spiritual. Banyak manusia maka potensi pengaruh perubahan menuju keluar batas pengalaman juga terus berproses. Dalam memaknai misalnya. Selalu ada dua nilai kecenderungan yang ditimpakan pada objek. Baik dan buruk.
            Persimpangan determinan ini menjadi perdebatan oleh manusia. Karena setiap manusia memiliki referensi dan kosakata untuk menjatuhkan keputusan dan pilihan-pilihannya.
Bila Anda perhatikan, mengapa suatu kelompok sangat mendukung agenda besar dan visi ke depan dalam keorganisasiannya. Karena mereka merasa tujuan dan niat-niat mereka akan segera tercapai dengan dukungan (partisipasi). Maka, segala sesuatu yang menghantarkan kepada puncak adalah dorongan (pertolongan). Dan bila sudah bersama dalam kelompok, maka perkara yang melingkupinya adalah ke dalam. Bila sedang bersatu maka tidak ada terpengaruh atas usik-mengusik, atau komentar orang lain.
Maka, untuk segala perbuatan dan niat-niat yang sesuai dengan proses akal budi perlu ditinjau ulang makna dan arah ke depan dalam persepektif agama, negara, keilmuan dan adat-istiadat. Karena kelompok yang jahat sekalipun berpotensi menelurkan seorang pahlawan.
Ada pahlawan dari kubu yang baik dan dari pihak yang jahat. Pahlawan, sekurang-kurangnya memberikan kesan mau menolong, mau berkorban, lebih tahu kondisi sehingga serius dan terus berjuang, terkenang.  Karena pahlawan adalah seorang manusia, maka ia juga tidak akan jauh dari jangkauan persimpangan baik-buruk. Karena, setiap pahlawan sedang membawa spirit semangat kelompoknya.
Berarti permasalahan bisa lebih sederhana dengan melihat berasal dari kelompok mana pahlawan tersebut.
Ibnu Qoyyim al Jauzi mengatakan bahwa kebenaran harus punya negara, karena kebatilan pun punya negara.
Kalau Rasulullah saw, mengisyaratkan pengaruh kelompok dengan asosiasi profesi tukang besi dan penjual minyak wangi, maka perhatikan dan pandang. Sedang bagaimana dan di mana pahlawan Anda berada. Karena pahlawan yang sedang dibicarakan adalah seseorang yang berada di tengah-tengah kita, membentuk tipe berpikir, dan sedang mempengaruhi.
Bahkan dengan konteks keluarga pun, pahlawan bukan tidak mungkin berbeda pandangan.
Kisah Nabi Nuh A.S menjadi pengibaratan yang nyata. Ketika Allah SWT memberikan perintah kepada Nabi Nuh A.S untuk membuat kapal, maka ada dua golongan yang bereaksi dan mempersiapkan. Nabi Nuh A.S dan kaum yang mengolok-ngolok tidak mau tahu.
Pahlawan seperti nabi Nuh A.S tidak mungkin berhenti mengajak terus kaumnya, membuat kapal. Bahkan anak Beliau. Kan’an.
Kan’an merasa lebih aman dengan pahlawan yang mampu menyelamatkannya ketika air bah datang dengan terjangan dahsyatnya. Yakni gunung dan yang diikutinya.
Berada di kelompok mana Kan’an? Apakah berada di kelompok yang baik dengan pahlawannya? Apakah ia selamat. Kenapa ia tidak bisa selamat dan tidak mengikuti ayahnya? Q.S Nuh ayat 25 kiranya menentukan akibat dari rentannya manusia yang khilaf dalam mengikuti jejak pahlawan, “disebabkan kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan lalu dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak dapat mendapat penolong selain Allah” (Q.S. Nuh ayat 25)
Dalam konteks negara Indonesia. Pahlawan sudah banyak yang wafat membawa serta perjuangan yang hanya Allah sajalah patut membalasnya. Yang mengalirkan darah semanagat gerakan anti-penjajah dan kemerdekaan bernegara. Nurani pahlawan berbicara bahwa penjajah akan merampas hak dan karunia teritori dari suatu wilayah.
Bahkan ada pahlawan yang menjadi tanda perubahan suatu negara. Seperti pahlawan revolusi. Pahlawan yang juga berada dalam persimpangan resistensi, karena mengkhawatirkan ancaman suatu kelompok karena paham. Kalau tidak komunis maka..? (kapitalis)
Di setiap periode, pahlawan menunjukkan identitasnya dengan berbeda-beda. Sejarah mengungkap mereka tentang ketidaksamaan metode dan diplomasi kemerdakaan. Momentum hari pahlawan mengingatkan kepada generasi penerus kebangkitan bangsa, yakni pemuda dari kalangan akademisi yakni mahasiswa untuk mampu memberikan yang terbaik dalam kehidupan. Karena setiap orang berpotensi menjadi pahlawan. Bila imperialisme dan kolonialisme sebagai  isu pemicu kemerdekaan dengan kedatangan orang-orang asing ke suatu negara, maka dalam negara yang berdaulat, ketika telah merdeka ternyata pahlawan tempo dulu belum mampu mensejahterakan alias membawa hasil baik kehidupan yang diperjuangkan. Apalagi Indonesia dengan penduduk yang beragam sudah terpecah-belah, pasti sudah kompleks pemaknaan dan maunya.
Mencari pahlawan yang sungguh-sungguh di masa modern dan majemuk adalah sifat yang pasif. Bila ada keniscayaan tentang yang terbaik akan timbul ke permukaan, maka sekarang saatnya tidak menunggu untuk berbuat kebaikan. Karena seorang pahlawan tidak mungkin menunggu lagi, karena bahaya kematian dan nikmat kehidupan selalu berada dalam celah kemungkinan-kemungkinan yang nyata (seperti persimpangan determinan).
Pahlawan. Pahlawan lokal. Pahlawan nasional. Pahlawan internasional. Pahlawan global.    Yuk, mulai dari yang kecil dulu. Bukankah setiap orang ingin menjadi yang terbaik, sarat memperjuangkan. Memperjuangkan ide, hak, nilai-nilai kebaikan, perubahan. Anda-anda sekalian berpotensi menjadi pahlawan yang mungkin bisa jadi lebih berpengaruh lebih berefek lebih nyata dari pada pahlawan-pahlawan sebelumnya. Bila memang tidak sedang memperjuangkan hal-hal baik di atas, maka hal-hal apa yang sedang diperjuangkan?
Kembali ke persimpangan determinan J!
   



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar