Bermula dari sebuah ayat al Qur’an:
“Dan Janganlah kamu
mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya..”(QS. Al Isra’
[17]:36)
Hadisdi
atas diklasifikasian di kitab Riyadus Shalihin dalam bab Anjuran untuk memastikan
Apa yang dikatakan dan Diceritakan. Ana rasa kader yang berkecimpung di “KP”
tidak jauh dari urusan saling memastikan informasi, wacana, dan kebijakan.
Istilah
Kebijakan Publik begitu sakti. Cukup menggetarkan bagi kader apriori dan belum
memiliki bakat ‘mengarahkan’ (leading). Anggapan awal bagi kader
pergerakan dengan nama departemen ini selalu tertuju pada figur yang (cukup)
radikal, analisator sosial-politik sejati, pendebat ulung, dan sosok yang
berkesan berseberangan dari sifat pendidik sebagaimana seorang kader penggiat
kaderisasi. (Bahkan seorang MR jarang sekali dari latar belakang KP. Namun bila
kader KP mengkader, hasilnya bisa jadi lebih memuaskan). Well ! Dalam
organisasi dakwah-pergerakan, kebijakan publik adalah shaf kader pilihan
yang bisa lebih gemilang posisinya dibanding qiyadah, pegiat kaderisasi,
jurnalis (HUMAS), pebisnis/ekonom Islami (dana dan usaha), bahkan grup peneliti
(LSO). Kader kebijakan publik (In sya Allah) terpilih menjadi pemain emas
lapangan yang mewakili ideologi organisasi, menegaskan defenisi suatu
permasalahan, dan pembawa bendera identitas organisasi saat bersanding dengan
orang-orang dari organisasi lain.
KP dan KD
Bayangkan
sebuah fenomena ilmu logika mengenai “luas pengertian[1]” dihadapi oleh departemen
KP atas KD. Maksudnya adalah bila semua kriteria pegiat kaderisasi ada pada
semua kader KP, ada kemungkinan proses turunnya dakwah syiar politik dalam
masyarakat akan lebih luwes dan masiv. Akan ada gejala pergeseran dominasi role
model dari KD sebagai sarang kader pendidik (murobbi) menuju KP yang
berkarakter rigid, agitator, dan qiyadatul junud (pemimpin para
pasukan).
Namun
semua kader punya orisinalitas basis pengkaderan masing-masing sesuai posisi di
mana ia dipetakan. Kaderisasi misalnya akan mendidik kader-kader dengan sistem
pembelajaran pencetak seorang guru, tuan yang arif, ustaz, dosen, ideolog,
tetua suku, pemimpin syiar, mentor, psikolog, guru mengaji, orang tua
pengasuh,,,. Yang pasti seluruh komponen baik segi spiritual, intelektual, dan
fisikal oleh pegiat kaderisasi mengarahkan seeorang menjadi ikhwan berjiwa
besar dan akhowat pembesar penjaga nyala-semangat dakwah kader. Sedangkan kader
KP, (pastilah) akan mendidik kadernya (dengan kritis, tegas, dan disiplin)
menjadi seorang ambassador (duta besar), diplomat, advokat, polisi,
jendral, tamtama, bintara, perwira, intel, pawang singa, pendebat, mentri,
DPR-MPR, lobbyman, dan ketua regu pramuka. Segala profesi dengan
kualifikasi kader serta kapasitas dalam KP yakni: teknik retorika, kecerdasan
pemetaan strategi dan mekanisme, serta
selalu sigap.
(Sungguh lumayan berat)
Tidak
seideal dan semeriah itu kader KP dalam berdakwah. Level kader KP berisisan
antara KD dengan HUMAS. Amunisi ideal KP adalah output kader KD yang telah
terpenuhinya muwashofat (sifat-sifat) kader yang sepuluh itu, secara aplikasi
dan teknik tercermin ketika kadernya dalam menyampaikan dan membahasakan pendapat
mengenai suatu permasalahan, kondisi, dan ide jalan keluar dengan lemah-lembut
dan rasa cinta, dan output kader HUMAS yang amat kreatif menguasai
teknik dan metode rekayasa membungkus informasi dan press realese agar
lebih mudah diterima khayalak.
Kader
KP memang semestinya yang lihai beretorika, berwajah sangar (seram-tegas),
licik (berakal cerdik) dan tanggap situasi (responsif). Satu fakta, bahwa kader
KP adalah diisi (kebanyakan) mahasiswa hukum. Cukup logis, karena kader jurusan
hukum memiliki akses dan relevansi dalam menghukumi dan mengusulkan saran atas
suatu fenomena secara yuridis dan filosfis. Apalagi hukum Islam, peluang syiar
syariat dan pengelolaan masalah secara Islami lebih mudah disampaikan.
Semua Kunci Dakwah adalah Belajar!
Seperangkat
asosiasi tugas dan posisi demikian tidak mutlak. Seorang aktivis yang membawa
istilah dakwah di belakangnya (sebagai controlling system) bisa
direkruit dari berbagai kalangan keilmuan. Seorang pegiat kaderisasi sangat
mungkin dari latar belakang keilmuan ‘teknik’. Tidak selamanya hanya dari latar
belakang keilmuan pendidikan (yang mentang-mentang belajar teori behavioral)
atau psikologi (yang belajar
psikoanalisa kader). Bisa saja bermunculan dari berbagai kalangan. Coba Antum buka al Qur’an surah An Nisa ayat 58.
“Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan
(menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu
menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang
sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat” (Q.S an Nisa:58)
Kata kuncinya adalah ‘amanat’. Kader muda yang memahami
dan menghayati perannya sebagai pemimpin dan da’i, selalu berhati-hati dan
antusias dalam menjalankan amanah. Dengan begitu ia tidak perlu ragu. Karena Allah
akan memberi pelajaran yang sebaik-baiknya kepadanya.
Karena tabiat dakwah adalah kebaikan, maka semua sah bila
dengan niat amal salih, ekspresi iman, dan kebijakan. Silahkan buka surah Al
Kahfi ayat 30.
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh,
tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan
amalan(nya) dengan yang baik” (Q.S al Kahfi:30)
Kata kuncinya adalah iman dan amal salih. Kader KP dalam
menjalankan proker dan jobdis (deskripsi amanah) selalu meletakkan dan menyertakan spirit iman dan amal
salih agar Allah membalas amalan ikhwan dan akhowat dari KP dengan baik.
Kalau kader bermasalah dan khilaf,
segera buka Alqur’an surah Al Maidah ayat 95.
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan
dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan
yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap
juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan” (Q.S Al Maidah: 95)
Kata kuncinya sudah jelas. Bahwa terus saja dalam
beramanah dan berdakwah. Pantang berhenti. Karena itu hal yang disukai Allah.
Bila khilaf ingat spirit pembelajar sejati. Terus belajar.
Yang
penting adalah belajar. Bila sebab belajar kader menjadi lebih bertaqwa, maka
seperti dalam potongan terakhir dalam surah al Baqarah ayat 282. Allah akan
mengajarimu.
Ana mengatakan kalau kader KP mesti seram dan licik. Ada
landasannya ikhwah sekalian, yakni
dalam surah al Fath: 29:
“Muhammad
itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (Q.S al
Fath:29)
Rasulullah itu secara tidak
langsung adalah model terbaik untuk kader KP.
Selain itu, karena dakwah
adalah sistem perbaikan ummat yang berhimpun dalam jama’ah. Potensi kebaikan
pastilah dimiliki oleh semua orang Islam. Maka, artinya semua orang berpotensi
menjadi da’i.
Seorang kader KP bukan
tidak dianggap penting. KP adalah bidang penting dakwah-pergerakan. Sinergitas
KD dan KP yang kompak mempengaruhi citra organisasi dan ideologinya. Bayangkan
bila anak-anak KP bukan bagian dari dakwah-pergerakan. Sungguh akan merepotkan
seorang pemimpin membina dulu kader penggiat pengkaderan, dana-usaha, grup
peneliti, dan jurnalis (HUMAS) supaya memetakan range (Jangkauan)
pergerakan yang sebenarnya mainan keseharian anak-anak KP sendiri. It’s
waste time. Berikut dasar-dasarnya:
Secara umum mereka yang
terlibat dan berafiliasi dalam dakwah-pergerakan sangat dibutuhkan dalam
menjaga eksistensi organisasi[2]. Istilah eksistensi
bukanlah persepsi ambisi mau tampil agar dianggap baik. Namun, Islam sebagai
watak perjuangan KAMMI diikutsertakan dan didefenisikan serta dipahami oleh
semua kader bahwa kalau kader yang sedang berada dalam KAMMI semata-mata adalah
suatu sikap dedikasi yang prinsip dan fundamental dalam perjuangan Islam secara
hakiki. Tidak lain dan tidak bukan. Biarlah di sana banyak tonggak-tonggak
perjuangan Islam seperti FPI, Jihadi, Hidayatullah, dan lain sebagainya, yang
memang memperjuangkan Islam dan pemekarannya. Namun, biarlah di sini KAMMI yang
ikut serta membangun negera Indonesia menjadi lebih Islami untuk kepentingan
umat. Dan kader-kader KAMMI ada (in Sya ALLah) dipersiapkan dalam memperbaiki
ummat. Bila eksistensi KAMMI sudah baik dan bersahabat. Secara langsung agama
Islam akan harum namanya. Apalagi KAMMI akan menjadi model organisasi
dakwah-pergerakan yang mewakili anak-anak muda dan pemimpin-pemimpin muda
menemukan berbagai macam hal tentang Islam dan mengembangkan bakatnya sebagai media
dakwah.
Eksistensi Islam bisa
dilihat dari seberapa aktif KAMMI berkontribusi terhadap ummat disekitarnya. KP
adalah departemen lantang yang menyuarakan panggilan-panggilan Islam.
Menyeleksi hak dan batil dengan potensi keislamannya. Islam melalui kader KAMMI
dipandang sebagai ummat yang perlu diketahui sistematika epistimologinya dalam
menjalankan hidup dan KP sebagai kader-kader yang menyelesaikan semua
permasalhan orang-orang Islam. Dan kader KAMMI bangga menjadi orang Islam yang
selalu menyosialisasikan kebaikan. Lalu kembali ke kader KAMMI di bidang KP.
Rasullah pernah bersabda: Orang Islam adalah yang selamat dari lisan dan
tangan saudaranya.
Kader KP mesti menyelaraskan
atmosfir keIslaman di semua suhu ummat,
yakni spirit menjaga lisan dan tangannya di saat kebatilan menantang mereka
dalam upaya memperlihatkan sejauh mana kader-kader dawkah menerjemahkan nilai
selamat ala Islam tadi. (Paham?). Mudahnya begini. Musuh-musuh Islam mesti
dihadapi dengan keras dan tegas. Karena ma’siat dan kekhilafan mereka membuat
Islam jelek. Sekaligus perbuatkan menjengkelkan mereka menuntut Islam
menunjukkan pendapat dan solusi untuk menyelesaikannya. Dalam penyelesaiannya
tadi,
kader KP mesti sudah mantap memahami rumus Islam. Yakni menyelamatkan
saudara-saudara mereka dari lisan dan tangan. Tidak menyakiti dan tidak menjadi tukang pentung. Maka dari sini bisa
disimpulkan bahwa kader KAMMI di bidang KP mesti memahami rumus Islam dengan
baik dalam menjalankan tugasnya. Beramanah.
Tidak perlu takut yang
penting beriman, bertaqwa, dan belajar. Kesemuanya akan menunjukkan tangga
pengajaran dari Allah sebagaimana potonngan terakhir ayat 282 surah al Baqarah.
Allah yang mengajari. Tenang saja. Relax.
Sekian. Yang penting banyak
amal yauminya jangan kedodoran dan banyak membaca dan mengamati.
[1] Materi ilmu logika yang berpengertian
bahwa ada objek tertentu yang lebih luas dari objek lain yang menyertainya.
Atau biasa disebut dalam ilmu matematika adalah himpunan. Contoh manusia lebih
luas pengertiannya dari pada Ahmad, Fatimah. Alat transportasi lebih luas
pengertiannya daripada motor.
[2]
Setiap kader hendaklah menganggap dirinya begitu penting. Karena bila
eksistensi dirinya sebagai pejuang Islam pudah atau hilang atau kabur. Maka
bagaimana Islam akan maju dan meluas ke semua orang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar