Jumat, 10 April 2015

Menjadi Kader "KP"? why not!


Bermula dari sebuah ayat al Qur’an:
“Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya..”(QS. Al Isra’ [17]:36)
            Hadisdi atas diklasifikasian di kitab Riyadus Shalihin dalam bab Anjuran untuk memastikan Apa yang dikatakan dan Diceritakan. Ana rasa kader yang berkecimpung di “KP” tidak jauh dari urusan saling memastikan informasi, wacana, dan kebijakan.
            Istilah Kebijakan Publik begitu sakti. Cukup menggetarkan bagi kader apriori dan belum memiliki bakat ‘mengarahkan’ (leading). Anggapan awal bagi kader pergerakan dengan nama departemen ini selalu tertuju pada figur yang (cukup) radikal, analisator sosial-politik sejati, pendebat ulung, dan sosok yang berkesan berseberangan dari sifat pendidik sebagaimana seorang kader penggiat kaderisasi. (Bahkan seorang MR jarang sekali dari latar belakang KP. Namun bila kader KP mengkader, hasilnya bisa jadi lebih memuaskan). Well ! Dalam organisasi dakwah-pergerakan, kebijakan publik adalah shaf kader pilihan yang bisa lebih gemilang posisinya dibanding qiyadah, pegiat kaderisasi, jurnalis (HUMAS), pebisnis/ekonom Islami (dana dan usaha), bahkan grup peneliti (LSO). Kader kebijakan publik (In sya Allah) terpilih menjadi pemain emas lapangan yang mewakili ideologi organisasi, menegaskan defenisi suatu permasalahan, dan pembawa bendera identitas organisasi saat bersanding dengan orang-orang dari organisasi lain.  
           



KP dan KD
            Bayangkan sebuah fenomena ilmu logika mengenai “luas pengertian[1]” dihadapi oleh departemen KP atas KD. Maksudnya adalah bila semua kriteria pegiat kaderisasi ada pada semua kader KP, ada kemungkinan proses turunnya dakwah syiar politik dalam masyarakat akan lebih luwes dan masiv. Akan ada gejala pergeseran dominasi role model dari KD sebagai sarang kader pendidik (murobbi) menuju KP yang berkarakter rigid, agitator, dan qiyadatul junud (pemimpin para pasukan).
            Namun semua kader punya orisinalitas basis pengkaderan masing-masing sesuai posisi di mana ia dipetakan. Kaderisasi misalnya akan mendidik kader-kader dengan sistem pembelajaran pencetak seorang guru, tuan yang arif, ustaz, dosen, ideolog, tetua suku, pemimpin syiar, mentor, psikolog, guru mengaji, orang tua pengasuh,,,. Yang pasti seluruh komponen baik segi spiritual, intelektual, dan fisikal oleh pegiat kaderisasi mengarahkan seeorang menjadi ikhwan berjiwa besar dan akhowat pembesar penjaga nyala-semangat dakwah kader. Sedangkan kader KP, (pastilah) akan mendidik kadernya (dengan kritis, tegas, dan disiplin) menjadi seorang ambassador (duta besar), diplomat, advokat, polisi, jendral, tamtama, bintara, perwira, intel, pawang singa, pendebat, mentri, DPR-MPR, lobbyman, dan ketua regu pramuka. Segala profesi dengan kualifikasi kader serta kapasitas dalam KP yakni: teknik retorika, kecerdasan pemetaan strategi dan mekanisme, serta selalu sigap. (Sungguh lumayan berat)
            Tidak seideal dan semeriah itu kader KP dalam berdakwah. Level kader KP berisisan antara KD dengan HUMAS. Amunisi ideal KP adalah output kader KD yang telah terpenuhinya muwashofat (sifat-sifat) kader yang sepuluh itu, secara aplikasi dan teknik tercermin ketika kadernya dalam menyampaikan dan membahasakan pendapat mengenai suatu permasalahan, kondisi, dan ide jalan keluar dengan lemah-lembut dan rasa cinta, dan output kader HUMAS yang amat kreatif menguasai teknik dan metode rekayasa membungkus informasi dan press realese agar lebih mudah diterima khayalak. 
            Kader KP memang semestinya yang lihai beretorika, berwajah sangar (seram-tegas), licik (berakal cerdik) dan tanggap situasi (responsif). Satu fakta, bahwa kader KP adalah diisi (kebanyakan) mahasiswa hukum. Cukup logis, karena kader jurusan hukum memiliki akses dan relevansi dalam menghukumi dan mengusulkan saran atas suatu fenomena secara yuridis dan filosfis. Apalagi hukum Islam, peluang syiar syariat dan pengelolaan masalah secara Islami lebih mudah disampaikan.

                 Semua Kunci Dakwah adalah Belajar!
            Seperangkat asosiasi tugas dan posisi demikian tidak mutlak. Seorang aktivis yang membawa istilah dakwah di belakangnya (sebagai controlling system) bisa direkruit dari berbagai kalangan keilmuan. Seorang pegiat kaderisasi sangat mungkin dari latar belakang keilmuan ‘teknik’. Tidak selamanya hanya dari latar belakang keilmuan pendidikan (yang mentang-mentang belajar teori behavioral) atau psikologi (yang belajar psikoanalisa kader). Bisa saja bermunculan dari berbagai kalangan. Coba Antum buka al Qur’an surah An Nisa ayat 58.
 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S an Nisa:58)
Kata kuncinya adalah ‘amanat’. Kader muda yang memahami dan menghayati perannya sebagai pemimpin dan da’i, selalu berhati-hati dan antusias dalam menjalankan amanah. Dengan begitu ia tidak perlu ragu. Karena Allah akan memberi pelajaran yang sebaik-baiknya kepadanya.
Karena tabiat dakwah adalah kebaikan, maka semua sah bila dengan niat amal salih, ekspresi iman, dan kebijakan. Silahkan buka surah Al Kahfi ayat 30.
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik” (Q.S al Kahfi:30)
Kata kuncinya adalah iman dan amal salih. Kader KP dalam menjalankan proker dan jobdis (deskripsi amanah) selalu meletakkan dan menyertakan spirit iman dan amal salih agar Allah membalas amalan ikhwan dan akhowat dari KP dengan baik.
Kalau kader bermasalah dan khilaf, segera buka Alqur’an surah Al Maidah ayat 95.
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Q.S Al Maidah: 95)
Kata kuncinya sudah jelas. Bahwa terus saja dalam beramanah dan berdakwah. Pantang berhenti. Karena itu hal yang disukai Allah. Bila khilaf ingat spirit pembelajar sejati. Terus belajar.
Yang penting adalah belajar. Bila sebab belajar kader menjadi lebih bertaqwa, maka seperti dalam potongan terakhir dalam surah al Baqarah ayat 282. Allah akan mengajarimu.
Ana mengatakan kalau kader KP mesti seram dan licik. Ada landasannya ikhwah sekalian, yakni dalam surah al Fath: 29:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (Q.S al Fath:29)
Rasulullah itu secara tidak langsung adalah model terbaik untuk kader KP.
Selain itu, karena dakwah adalah sistem perbaikan ummat yang berhimpun dalam jama’ah. Potensi kebaikan pastilah dimiliki oleh semua orang Islam. Maka, artinya semua orang berpotensi menjadi da’i.
Seorang kader KP bukan tidak dianggap penting. KP adalah bidang penting dakwah-pergerakan. Sinergitas KD dan KP yang kompak mempengaruhi citra organisasi dan ideologinya. Bayangkan bila anak-anak KP bukan bagian dari dakwah-pergerakan. Sungguh akan merepotkan seorang pemimpin membina dulu kader penggiat pengkaderan, dana-usaha, grup peneliti, dan jurnalis (HUMAS) supaya memetakan range (Jangkauan) pergerakan yang sebenarnya mainan keseharian anak-anak KP sendiri. It’s waste time. Berikut dasar-dasarnya:
Secara umum mereka yang terlibat dan berafiliasi dalam dakwah-pergerakan sangat dibutuhkan dalam menjaga eksistensi organisasi[2]. Istilah eksistensi bukanlah persepsi ambisi mau tampil agar dianggap baik. Namun, Islam sebagai watak perjuangan KAMMI diikutsertakan dan didefenisikan serta dipahami oleh semua kader bahwa kalau kader yang sedang berada dalam KAMMI semata-mata adalah suatu sikap dedikasi yang prinsip dan fundamental dalam perjuangan Islam secara hakiki. Tidak lain dan tidak bukan. Biarlah di sana banyak tonggak-tonggak perjuangan Islam seperti FPI, Jihadi, Hidayatullah, dan lain sebagainya, yang memang memperjuangkan Islam dan pemekarannya. Namun, biarlah di sini KAMMI yang ikut serta membangun negera Indonesia menjadi lebih Islami untuk kepentingan umat. Dan kader-kader KAMMI ada (in Sya ALLah) dipersiapkan dalam memperbaiki ummat. Bila eksistensi KAMMI sudah baik dan bersahabat. Secara langsung agama Islam akan harum namanya. Apalagi KAMMI akan menjadi model organisasi dakwah-pergerakan yang mewakili anak-anak muda dan pemimpin-pemimpin muda menemukan berbagai macam hal tentang Islam dan mengembangkan bakatnya sebagai media dakwah.
Eksistensi Islam bisa dilihat dari seberapa aktif KAMMI berkontribusi terhadap ummat disekitarnya. KP adalah departemen lantang yang menyuarakan panggilan-panggilan Islam. Menyeleksi hak dan batil dengan potensi keislamannya. Islam melalui kader KAMMI dipandang sebagai ummat yang perlu diketahui sistematika epistimologinya dalam menjalankan hidup dan KP sebagai kader-kader yang menyelesaikan semua permasalhan orang-orang Islam. Dan kader KAMMI bangga menjadi orang Islam yang selalu menyosialisasikan kebaikan. Lalu kembali ke kader KAMMI di bidang KP. Rasullah pernah bersabda: Orang Islam adalah yang selamat dari lisan dan tangan saudaranya.
Kader KP mesti menyelaraskan atmosfir keIslaman di semua suhu ummat, yakni spirit menjaga lisan dan tangannya di saat kebatilan menantang mereka dalam upaya memperlihatkan sejauh mana kader-kader dawkah menerjemahkan nilai selamat ala Islam tadi. (Paham?). Mudahnya begini. Musuh-musuh Islam mesti dihadapi dengan keras dan tegas. Karena ma’siat dan kekhilafan mereka membuat Islam jelek. Sekaligus perbuatkan menjengkelkan mereka menuntut Islam menunjukkan pendapat dan solusi untuk menyelesaikannya. Dalam penyelesaiannya tadi, kader KP mesti sudah mantap memahami rumus Islam. Yakni menyelamatkan saudara-saudara mereka dari lisan dan tangan. Tidak menyakiti dan tidak  menjadi tukang pentung. Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa kader KAMMI di bidang KP mesti memahami rumus Islam dengan baik dalam menjalankan tugasnya. Beramanah.
Tidak perlu takut yang penting beriman, bertaqwa, dan belajar. Kesemuanya akan menunjukkan tangga pengajaran dari Allah sebagaimana potonngan terakhir ayat 282 surah al Baqarah. Allah yang mengajari. Tenang saja.  Relax.
Sekian. Yang penting banyak amal yauminya jangan kedodoran dan banyak membaca dan mengamati. 



[1] Materi ilmu logika yang berpengertian bahwa ada objek tertentu yang lebih luas dari objek lain yang menyertainya. Atau biasa disebut dalam ilmu matematika adalah himpunan. Contoh manusia lebih luas pengertiannya dari pada Ahmad, Fatimah. Alat transportasi lebih luas pengertiannya daripada motor.
[2] Setiap kader hendaklah menganggap dirinya begitu penting. Karena bila eksistensi dirinya sebagai pejuang Islam pudah atau hilang atau kabur. Maka bagaimana Islam akan maju dan meluas ke semua orang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar