Selasa, 02 Juni 2015

AYAT-AYAT DI LANGIT DAN DI BUMI

Bayangkan bahwa anda membangun sebuah kota besar dengan menyertakan jutaan Legos bersama-sama. Misalkan di kota ini ada gedung-gedung pencakar langit, jalan-jalan berkelak-kelok, stasiun kereta api, pelabuhan udara, pusat-pusat perbelanjaan, lorong-lorong bawah tanah, dan juga sungai-sungai, danau-danau, hutan, dan pantai. Misalkan ada juga yang tinggal di dalamnya ribuan orang yang berseliweran di jalan raya, duduk-duduk di rumah, dan bekerja di kantor. Masukkan juga seluk-beluknya, termasuk lampu lalulintas, kotak pos, dan papan sinyal di terminal bus.

Jika seseorang mendatangi anda dan mengatakan bahwa semua Legos kota ini, yang anda dirikan dengan perencanaan yang matang hingga serinci-rincinya, dan semua bagian yang anda tempatkan dengan susah-payah itu muncul secara kebetulan hingga terwujud kota ini, bagaimanakah keadaan jiwa orang ini menurut anda?
Kini, tengoklah lagi kota yang telah anda bangun itu dan ingatlah bahwa keseluruhan kota ini akan rata dengan tanah bila anda lupa meletakkan sepotong Lego di tempatnya atau mengubah letaknya. Bisakah anda bayangkan seberapa besar keseimbangan dan tatanan yang telah anda tegakkan?
Kehidupan di dunia tempat tinggal ini juga mungkin dibuat dengan penghimpunan sejumlah besar bagian kecil seperti itu yang tak terbayangkan oleh benak manusia. Ketiadaan satu bagian kecil saja mungkin berarti akhir riwayat bumi ini.
Segala benda, dari unit terkecil zat yang berupa atom hingga galaksi yang mengandung trilyunan bintang, dari bulan pelengkap bumi hingga sistem matahari, semuanya berjalan dengan keserasian yang sempurna. Sistem yang tertata rapi ini berjalan mulus bagaikan arloji. Orang-orang sangat yakin bahwa sistem yang telah berumur trilyunan tahun ini akan berfungsi tanpa mengesampingkan bagian terkecil, sehingga mereka dapat menyusun rencana dengan bebas mengenai sesuatu yang mereka perkirakan akan terwujud dalam 10 tahun mendatang. Tak seorang pun khawatir kalau-kalau matahari tidak terbit esok hari. Sebagian besar orang tidak berpikir tentang 'mungkinkah bumi ini berubah menjadi lepas dari gravitasi matahari dan mulai bergerak menuju kegelapgulitaan entah di mana?'; atau bertanya, 'Apa yang mencegahnya dari kejadian ini?'
Dengan cara yang sama, manakala orang-orang menjelang tidur, mereka yakin bahwa jantung atau sistem pernafasan mereka tidak akan sesantai otak mereka. Akan tetapi, bila salah satu dari dua sistem penting ini berhenti-henti beberapa detik saja, maka bisa-bisa nyawa melayang.
Ketika 'kacamata biasa' di sekitar kehidupan kita tanggalkan dan sebab-akibat peristiwa-peristiwa tidak lagi ditaksir seolah-olah 'berlangsung dalam kejadian alamiahnya', kita lihat dengan gamblang bahwa segala benda tersusun dari sistem terencana yang amat teliti dan sangat saling bergantung sehingga seolah-olah kita bergantung pada kehidupan dengan kulit atau gigi kita. Perhatikanlah tatanan hebat yang berlaku di tempat ke mana pun anda memandang. Tentu saja, ada kekuatan besar yang menciptakan tatanan dan keserasian sedemikian itu. Pemilik kekuatan besar ini ialah Allah, Yang menciptakan segala sesuatu dari ketiadaan. Dalam satu ayat Al-Qur'an difirmankan:

Dia yang menciptakan tujuh langit berlapis-lapis; tak akan kau lihat ketidakseimbangan dalam ciptaan (Allah) Yang Maha Pemurah. Balikkanlah pandanganmu sekali lagi, tampakkah olehmu ada yang cacat? Lalu ulanglah pandanganmu sekali lagi; pandanganmu akan berbalik kepadamu, letih dan membingungkan. (Surat al-Mulk, 3-4)

Bila kita memandang makhluk-makhluk di langit, di bumi, dan semua yang terletak di antaranya, ternyata mereka semua membuktikan keberadaan Pencipta mereka dengan sendirinya. Di bab ini, kita akan memikirkan gejala alam dan makhluk hidup yang terlihat oleh semua orang, sekalipun tak pernah terpikirkan, dan bagaimana mereka menjadi ada dan melanjutkan keberadaan mereka. Jika kita hendak menuliskan semua ayat Allah di alam semesta, maka diperlukan ribuan jilid ensiklopedi. Karena itu, dalam bab ini, kita hanya akan secara singkat berurusan dengan beberapa pokok-persoalan yang layak untuk dipertimbangkan panjang-lebar.
Akan tetapi, penyebutan-penyebutan singkat ini pun akan membantu para ‘manusia yang berakal’ yang insyaf untuk memperhatikan fakta terpenting kehidupan mereka atau sekurang-kurangnya membantu mereka mengingatnya sekali lagi.
Karena Allah itu Ada.
Karena Dialah asal pertama langit dan bumi dan Dia bisa dipahami melalui akal.

Jumat, 29 Mei 2015

Pembelajar Sejati (The Real Student)

Manusia adalah mahkluk pembelajar, karena Allah SWT melengkapi mereka dengan perangkat penerimaan informasi, keyakinan, dan analisis. Takdir ini didukung oleh bagaimana proses perkembangan biologis manusia, yang bernama sunnatullah.
Seperti proses perkembangan itu sendiri dimulai dari sel-jaringan-organ-sistem organ-organisme. Atau proses pertumbuhan manusia, yang dimulai dari bayi-balita-anak kecil- remaja- dewasa-lansia. Nah, pada setiap perubahan manusia baik fisik maupun mental , secara berkala dan sistematis memang ada proses penyesuaian terhadap lingkungannya pada setiap diri manusia.
Seperti anak yang berkarakter pendiam atau introvert di masa kecil rentang pendidikan SD kelas IV-VI, mau tidak mau harus merasakan interaksi penyesuaian saat melanjutkan diri ke tingkat SMP dengan teman-teman yang berbeda-beda.
Agar apa? ia mampu menampakkan kontestasi dan aktualisasi dirinya terhadap lingkungan dan agar ada proses komunal dari lingkungan ke dalam dirinya.
Allah SWT berfirman dalam surah al Insyikak ayat 19 yang artinya...’’Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)’’’.
Dan jangan ragu dengan semua hal asing yang akan kamu temui nanti, karena Allah telah memberi jaminan, sebagaimana yang tersiar dalam surah At Thalak ayat 7 yang artinya, ‘’ Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan’’
            Satu kata yang tepat untuk bisa bertahan dalam fase-fase asing di luar  pengetahuan diri manusia, yakni belajar. Belajar itu disebut tantangan, ada suatu yang dipelajari, terus dipahami, terus diamalkan, dan disebarkan. Belajar, belajar, belajar. Apakah kita mau menerima proses belajar atau tidak? Di situ letak tantangannya. karena dalam belajar itu sendiri, ada kebenaran yang terungkap, ada mekanisme yang tersusun, dan ada satu langkah lebih dekat dengan takwa kepada Allah SWT. 
            Pembelajar sejati adalah seseorang yang mengembangkan keilmuannya secara terus-menerus sampai akhir kehidupan, sampai akhir usia. Sikap mau belajar dan mempelajari juga penting untuk dimiliki. Karena begitu banyak orang tidak mau diberi atau dijelaskan dengan pengetahuan di luar wawasan dirinya, ia sombong dan hasilnya cukup mengerikan untuk diketahui. Kalau pengen tahu, silahkan buka surah al Bakarah ayat 6.
Dan setiap orang berbeda-beda dalam menyerap dan menstabilkan gerak hatinya ketika ia punya pengetahuan dan pengetahuan tersebut tidak bisa mengimbangi pengetahuan orang lain. Artinya, butuh sikap menerima atau biasa disebut tawadhlu, terhadap apa-apa tentang dunia orang lain dalam jagat informasi yang tidak kita ketahui.
Hal ini biasa, karena manusia memang bertabiat ingin tampil terbaik. Dan efek lain dari ketidakmampuan diri seseorang bila dihadapkan dengan orang lain adalah jatuhnya perasaan pada titik  kegagalan. Baik gagal karena belum memperbaharui wawasan, gagal belum memiliki jiwa besar, gagal karena hal tersebut luput untuk diketahui atau diperhatikan, dan hal-hal lain yang lebih dari sisi orang lain tetapi kurang karena penilaian diri sendiri.
Jangan menyerah dan apalagi bersedih, begitu Allah memberi semangat. Kecewa dan rasa suntuk memang akan segera menyergap batin. Kita butuh memperlebar hati  dan menerimanya dengan sikap sabar dan mau belajar. Mau belajar ini adalah sikap utama pembelajar sejati.
Begini motivasi Ustaz Anis Matta mengelola kegagalan dalam buku Mencari Pahlawan Indonesia; banyak orang yang lebih suka mengutuk kegagalan dan menganggapnya sebagai musibah dan cobaan hidup. Kita mungkin tidak akan melakukan itu seandainya di dalam diri kita ada kebiasaan untuk memandang berbagai peristiwa kehidupan secara objektif, ada tradisi jiiwa besar, ada kelapangan dada, dan pemahaman.
Ada berkah kata Ustaz Anis Matta dalam setiap memaknai kegagalan. Intisarinya adalah bahwa kegagalan berfungsi menguatkan dorongan untuk sukses dalam diri seseorang.
Apalagi kata yang lebih tepat dalam proses pencapaian diri kalau bukan dengan belajar. Belajar yang paling tepat adalah dalam lingkungan jamaah (organisasi). Apalagi dalam jamaah harokiyyah (organisasi pergerakan; action). Seseorang yang terlibat atau melibatkan diri dalam jamaah adalah orang yang ingin diakleresi kemampuan dasar dirinya dan akan diendapkan potensi baru dalam jiwanya dan berkembangya potensi baru tersebut. Dalam organisasi pula, banyak ativis dakwah mempelajari dan menemukan arti dan hikmah dari ayat-ayat dan alhadis,lesson applicated. Mengenali dan mau menyesuaikan diri dalam prospek dan visi jamaah yang begitu luhur itu sulit, tetapi bisa dipelajari….
Dan sejujurnya, lingkungan yang terbaiklah mendorong seseorang untuk menemukan motivasi belajarnya. Karena bila dilihat banyak para akademisi seperti Ir. Irene seorang muslimah yang konvert dari agama kristiani kepada Islam melalui hidayah Allah, karena berada dalam lingkungan yang penuh ketidakpastian adalah saat menempuh program teologi Islam jenjang doktoral. Motivasi penelusuran dan mau belajar agama mendorongnya mencapai pada Islam.
Dibenturkan, dihadapkan dengan masalah, kegagalan dan dibuat ragu seharusnya membuat kita mau belajar lebih banyak. Apalagi ini perintah dan titah Allah dan anjuran Rasulullah.
Pernah tahu, Sigmeund Freud? hahahah, dia terjebak dengan teorinya sendiri tentang psikoanalisa. Koit. Orang pandai sekalipun tidak menjamin adanya sikap mau menerima dan memperluas jangkauan berpikir. Dan mungkin sikap ini sama dengan turunnya hidayah Allah.   
Idealnya dalam jamaah ada sprit saling berkompetisi, saling menaikkan derajat keilmuan dan pengalaman. Agar ada pemanas dan pemantik kemaun belajar yang tak habis-habis.
Oia, syarat selanjutnya untuk menjadi pembelajar sejati adalah rela berkorban.
Siap jadi pembelajar sejati…?



Kamis, 16 April 2015

BROTHERHOOD

Bukan Robin Hood. Sang Pejuang hutan Inggris ini memang baik, suka membantu orang-orang miskin, tetapi dengan cara yang kurang ahsan (dibaca: iltibas. Artinya mengemas perbuatan buruk dengan perbuatan baik atau sebaliknya. Tidak diajarkan oleh Islam. Mungkin dia gag ikut DM kali yaa). Nah, karena antum ya, ikhwan dan akhwat KAMMI adalah anak-anak manis dan pinter. Jangan mau kalau sama tokoh Robin Hood.
Kalau orang-orang di luar sana semarak sekali mengerjakan perbuatan munkar, KAMMI UIN Malang jangan mau kalah membalas atau paling tidak menyamai mereka dengan perbuatan ma’ruf!
Sejak zaman di Indonesia berbentuk kerajaan, banyak penjajah yang datang, mencoba meraih merampas membegal mengeksplorasi mengakuisisi kepemilikan tanah jajahan. Mereka datang dengan tiga prinsip, gold (emas; artinya Sumber Daya Alam) , glory (kemuliaan; perpolitikan untuk menjadi pemilik tanah baru bumi pribumi) , dan gospel (penyebaran agama).
Mereka disebut kafir. Para penjajah. Banyak para penghianat bangsa dari golongan pribumi yang mencari aman di masa penjajahan. Mencari aman bisa disebut bersekongkol. Menjadi drakula. Menghisap darah saudaranya sesuku. Padahal Allah SWT melarang dalam surah An Nisa ayat 139 (yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah”. Nah loh…
Sejak negara berdaulat dengan konsesi, konstitusi, konspirasi, pengakuan de jure  serta de facto , proklamasi, federasi, koloni, uni dan lain sebagainya, negara Indonesia emang keliatan aman dan independen. Ape bener?
Nyok, antum semua bisa liat. Serangan fajar 24 jam datang. Amunisi penjajahan dipoles diperhalus dengan sebuah istilah baru. Yakni ghozwul fikri.
Ghozwul fikri secara terminologi adalah perang pemikiran atau disebut juge dengan the mind war. Sadis lho. Ni buktinya. Coz,
…mereka hendak merusak akhlak, menghancurkan fikrah, melarutkan kepribadian, dan menumbangkan akidah.
Coba cek ayat-ayat berikut: K.S 61:8, K.S ayat 9:32, K.S 15:29, K.S 4:60, K.S 68:6, K.S 4:89, K.S 2:109 dan K.S ayat 3:149…..
So what! Di Indonesia sob, mulai rame dengan komunis, ateis, nasionalis berkedok imprealis-kolonialis, liberalis, sekularis, pluralis, dan paham menjijikan lainnya.
Salah satu pengaruhnya tadi adalah melarutkan kepribadian. Contoh perbuatannya, hilangnya budaya tabayyun (klarifikasi) dan tasabbut (memastikan), disintegrasi, streotyping, pengkultusan, dan banyak lainnya.
Salah satu fenomena yang paling marak adalah Streotyping. Streotyping biasanya tertuju pada mahasiswa atau siswa, ditandai dengan berafiliasi dalam golongan tertentu karena memiliki ciri-ciri tertentu.
Misalnya: yang cowok: janggutan, celana di atas mata kaki (tidak isbal) , rajin salat jamaah, sering memakai seragam putih, dan lain sebagainya.
Kalo yang cewek: jilbab gede, suka pake kaos kaki kalo kemana-mana, solehah.
Ujung-ujungnya dikira radikal, aliran keras, teroris.
Mengerikan.
Artinya adalah, mereka para pribumi belum bisa menerima Islam. Orang-orang parsialis, konservatif. Belum bisa memahami dan membedakan antara kultur dan Syariat.
 Mengerikan.
Malah mereka merasa dikucilkan dengan keberadaan organisasi dakwah.
Kalah eksis.
So, penting dan masih berlaku gag seh melawan dengan kebisuan. Ntar dikira eksklusif lagi.
Ada kejadian yang penuh I’tibar (penuh ujian) dari KAMMI SH (Soekarno-Hatta) komisariat POLINEMA. Sewaktu ngadain DM1, mereka tidak menampilkn logo institusi yakni KAMMI. Tetapi  memakai nama Forsa (Forum sahabat). Walhasil ada dugaan tak sedap dari peserta DM. Ada yang mundur karena transparansi agenda.
Terus datang juga namimah (gosip) dari para masyarakat kampus yang mengira bahwa mereka adalah orang-orang sesat. Karena kalo mau ngadain agenda mesti tanpa menunjukkan identitas organisasi.
Mengundang curiga.
Walhasil lagi, para panitia menganggap DM SH kali itu sebuah trial by error. Dan mengembalikan dakwah pada posisi yang benar.
Yakni sebagaimana yang tertuang dalam surah At Tawbah ayat 105. Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
Transparansi organiasasi dan pergerakan dakwah. Kebeneraran harus disampaikan.
So kalau kita hanya diam dan membisu dengan segala potensi kebaikan. Maka jangan marah kalau yang ramai adalah energi negatif kejahatan.
Makanya sekarang waktunya bangkit. Melupakan masa lalu. Masa lalu seperti Buya Hamka yang dipenjara karena Masyumi tidak sejalan dengan MANIPOL-USDEKnya Bung Karno di masa orde lama. Akhirnya ia dipenjara.
Tapi bagi kader dakwah seperti Buya Hamka. Tak ada sempat melintas kata dan rasa dendam. Tepat ketika Bung Karno hendak wafat. Dengan Tubuh renta dan wajah bersahabat, Buya Hamka datang menjenguk. Memberikan kesan terakhir yang menggembirakan. Menghilangkan semua masa lalu.
Dakwah bisa dibekukan oleh penguasa. Namun iman dan ketaatan kepada Allah adalah segalanya. Iman dan taat bukan sekedar materi yang bisa direkayasa. Karena fure  (murni) datang dari Allah SWT.
So. Apabila antum, ya ikhwan dan akhowat semua mulai bersama-berdakwah. Menampilkan semua kebaikan, maka antum tidak hanya sekedar menebarkan dan menghidupkan kembali semangat keIslaman. Namun juga menyadarkan tentang benarnya ‘Islam’ bagi para orang-orang yang apriori dengan Islam. Islam harus disebarkan. Melalui cara apapun.
Kemungkaran harus dibungkam. Nyala kebaikan mesti digilir.
Model!
Persaudaraan antara Muhajirin dan Anshor adalah fenomena kesatuan ummat yang luar biasa. Melebihi batas kekang ‘suku’, ‘jabatan’, ‘bisnis’, dan ‘ambisi’. Karena ada proyek besar nabi. Proyek ini membutuhkan kesatuan, kerelaan-berkorban, rasa cinta.
Padahal kaum Muhajirin adalah asli Mekah yang berhijrah karena seruan ALLah. Sedangkan orang Anshor adalah penduduk Yatsrib yang beriman dan menolong mereka. Bukan dari golongan paralel memiliki hobi dan bahasa yang sama. Namun akidah dan Islamic Brotherhood (Ukhuwah Islamiyyah) yang menguatkan dan mempersatukan mereka.
….iman itu mahal harganya. Bukan materi yang bisa dijual-beli. Karena Allah-lah para kaum dan sahabat dari Muhajirin dan Anshor menjadi bersaudara. Allah menganugerahkan mereka bersatu merasakan nikmat Allah. Simak terjamahan ayat berikut: Surat Al Imran ayat 103:
 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.
Bersyukurlah bila Antum bersama-sama dengan anak-anak yang selalu mengingatkan antum kepada Allah. Meningkatkan amal salih. Mereka In sya Allah adalah teman sejati. Yang rela dibenci kalau temannya melakukan kemungkaran dan dia mengingatkan. Karena dengan memperingatkan hal-hal kemungkaran sama saja ia tak ingin saudaranya terjerumus dalam ketidaktahuan dan kecuekan orang lain. Itu rasa cinta.
Ketimbang berkawan dengan orang yang zolim. Yang fasik dan tidak ada keliatan potensi dan kemauan dalam beramal. Neraka balasannya. Sebagaimana Surah Hud ayat 113:
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberi pertolongan.
          Orang zalim itu akan sangat mudah menggiring siapa saja yang didekatnya ke neraka. Sehingga berhati-hati memilih teman juga menjadi prioritas hidup bermasyarakat.
          Iman dan taat itu mahal harganya. Tidak terjual dengan kebanggan suku, upah bisnis,  ambisi, transfer data, dan rayuan jabatan. Coba ingat kepada Kan’an. Anak seorang nabi. Bukan main statusnya. Namun ia menjadi tidak beriman dan tenggelam dalam air bah yang mengejutkan.
          Perhatikan…seorang anak Nabi. Gak tanggung-tanggung. Tetapi apa? Apakah dia seperti ayahnya? Apa iman sampai padanya?
          Abu Thalib bin Abdul Muthalib. Paman Nabi. Mati-matian. Berdarah-darah membela nabi. Tetapi kalau sedikitpun ia tidak mengimani Allah.  Nihil semua pengobanan Beliau.
          Selanjutnya  Aisia. Istri dari Fir’aun. Tetapi sampai padanya Iman. Walau di sisinya orang kafeer.
          Maka. Janganlah menganggap diri kuat bila tanpa jamaah. Jamaah berfungsi bukan hanya sebagai wadah pemenangan politik kampus. Tetapi juka wadah pemupuk iman. Di sana banyak ketidaksempurnaan. Namun saling berusaha dan bersama menjalin sebuah hubungan syurgawi. Yang in sya Allah yang pernah dimiliki para sahabat nabi…
Kalianlah Para Generasi Emas
          Di zaman sekarang anak muda hura-hura. Khalwat sana-khalwat sini. Juntrung sana hedon di sini. Budaya mereka diatur oleh hal lain selain agama Islam.  Masya Allah. Ummat sekarang terpecah belah. Saling memfitnah. Saling membahayakan. Saling menyakiti. Saling memukul. Ya Allah. Di mana suasana ketika Rasulullah malah berdoa agar orang-orang yang melempari Beliau dengan batu menjadi penguat Islam. Ketika beliau tiba di Thaif.
 Kapan suasana para sahabat saling melepas ego. Dengan khidmat menyuruh bermalam. Menyajikan makanan yang tersisa hanya untuk anak-anaknya. Namun mujahid-mujahid kecil tersebut disuruh tidur. Dan makanan di dapur itu untuk sang sahabat. Masya Allah.       
          Kapan lagi? ketika Para sahabat diberi kabar gembira kalau kemenangan di Mekkah akan segera terwujud dan ‘’kalian mesti lebih banyak beramal’’.
          Kapan lagi? Ketika sudah habis masa isolasi Kaab bin Malik selama 50 hari. Rasulullah dengan air mata berlinang menyambut Beliau. Dan mengatakan taubat Kaab bin Malik telah diterima..
          Kapan lagi? Ketika Rasulullah menambah dan memonitoring amal yaumi para sahabat. Dengan salat. Puasa. Sedekah. Bahkan Rasulullah memberi kegembiraan kepada para sahabat yang tidak mampu berhaji dan berumrah. Agar selalu bersedekah dengan zikir.
          Kapan lagi masa itu?
          Emergency.
Panggilan cepat darurat.
KAMMI Ulul Albab Komisariat UIN Malang harus segera menyelenggarakan DM1. Memasivkan amal dalam dakwah kampus yang serba genting dan butuh penyadaran. Menghimpun potensi dan kelebihan-kelebihan kader dalam sistem perbaikan –ummat…
Jreng jreng jrenggggg…..
Loading…..
The Result
          Dan prosespun berjalan.
Mereka begitu gagah. Keluar dari serangkaian proses. Seperti kupu-kupu. Membantu penyerbukan bunga.
          Mereka adalah pilihan. Bila yang lain hanya bermain. Tak tahu mau apa dan bagaimana. Mereka jelas…
Allah adalah tujuan KAMMI
Rasulullah adalah teladan KAMMI
Alkur’an adalah pedoman hidup KAMMI
Jihad adalah jalan juang KAMMI
Mati di jalan Allah adalah cita-cita KAMMI tertinggi

          paradigma gerakan mereka jelas..
DAKWAH TAUHID
INTELEKTUAL PROFETIK
SOSIAL INDPENDEN
POLITIK EKSTRAPARLEMENTER
          Prinsip gerakannya pun:
Kemenangan Islam adalah jiwa perjuangan KAMMI
Kebathilan adalah musuh abadi KAMMI
Solusi Islam adalah tawaran perjuangan KAMMI
Perbaikan adalah tradisi perjungan KAMMI
Kepemimpinan umat adalah strategi perjuangan KAMMI
Persaudaraan adalah watak muamalah KAMMI

     Estafet
Q.S Al Imran ayat 10:
     Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. 
          Dan mereka lebih dari siap menyampaikan kebaikan.
          Menjadi pembelajar sejati.
          Syakhsiyah dai’yyah Islamiyyah.
          Dai berkepribadian Islami

          Tak kenal lelah…………..

Jumat, 10 April 2015

Menjadi Kader "KP"? why not!


Bermula dari sebuah ayat al Qur’an:
“Dan Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya..”(QS. Al Isra’ [17]:36)
            Hadisdi atas diklasifikasian di kitab Riyadus Shalihin dalam bab Anjuran untuk memastikan Apa yang dikatakan dan Diceritakan. Ana rasa kader yang berkecimpung di “KP” tidak jauh dari urusan saling memastikan informasi, wacana, dan kebijakan.
            Istilah Kebijakan Publik begitu sakti. Cukup menggetarkan bagi kader apriori dan belum memiliki bakat ‘mengarahkan’ (leading). Anggapan awal bagi kader pergerakan dengan nama departemen ini selalu tertuju pada figur yang (cukup) radikal, analisator sosial-politik sejati, pendebat ulung, dan sosok yang berkesan berseberangan dari sifat pendidik sebagaimana seorang kader penggiat kaderisasi. (Bahkan seorang MR jarang sekali dari latar belakang KP. Namun bila kader KP mengkader, hasilnya bisa jadi lebih memuaskan). Well ! Dalam organisasi dakwah-pergerakan, kebijakan publik adalah shaf kader pilihan yang bisa lebih gemilang posisinya dibanding qiyadah, pegiat kaderisasi, jurnalis (HUMAS), pebisnis/ekonom Islami (dana dan usaha), bahkan grup peneliti (LSO). Kader kebijakan publik (In sya Allah) terpilih menjadi pemain emas lapangan yang mewakili ideologi organisasi, menegaskan defenisi suatu permasalahan, dan pembawa bendera identitas organisasi saat bersanding dengan orang-orang dari organisasi lain.  
           



KP dan KD
            Bayangkan sebuah fenomena ilmu logika mengenai “luas pengertian[1]” dihadapi oleh departemen KP atas KD. Maksudnya adalah bila semua kriteria pegiat kaderisasi ada pada semua kader KP, ada kemungkinan proses turunnya dakwah syiar politik dalam masyarakat akan lebih luwes dan masiv. Akan ada gejala pergeseran dominasi role model dari KD sebagai sarang kader pendidik (murobbi) menuju KP yang berkarakter rigid, agitator, dan qiyadatul junud (pemimpin para pasukan).
            Namun semua kader punya orisinalitas basis pengkaderan masing-masing sesuai posisi di mana ia dipetakan. Kaderisasi misalnya akan mendidik kader-kader dengan sistem pembelajaran pencetak seorang guru, tuan yang arif, ustaz, dosen, ideolog, tetua suku, pemimpin syiar, mentor, psikolog, guru mengaji, orang tua pengasuh,,,. Yang pasti seluruh komponen baik segi spiritual, intelektual, dan fisikal oleh pegiat kaderisasi mengarahkan seeorang menjadi ikhwan berjiwa besar dan akhowat pembesar penjaga nyala-semangat dakwah kader. Sedangkan kader KP, (pastilah) akan mendidik kadernya (dengan kritis, tegas, dan disiplin) menjadi seorang ambassador (duta besar), diplomat, advokat, polisi, jendral, tamtama, bintara, perwira, intel, pawang singa, pendebat, mentri, DPR-MPR, lobbyman, dan ketua regu pramuka. Segala profesi dengan kualifikasi kader serta kapasitas dalam KP yakni: teknik retorika, kecerdasan pemetaan strategi dan mekanisme, serta selalu sigap. (Sungguh lumayan berat)
            Tidak seideal dan semeriah itu kader KP dalam berdakwah. Level kader KP berisisan antara KD dengan HUMAS. Amunisi ideal KP adalah output kader KD yang telah terpenuhinya muwashofat (sifat-sifat) kader yang sepuluh itu, secara aplikasi dan teknik tercermin ketika kadernya dalam menyampaikan dan membahasakan pendapat mengenai suatu permasalahan, kondisi, dan ide jalan keluar dengan lemah-lembut dan rasa cinta, dan output kader HUMAS yang amat kreatif menguasai teknik dan metode rekayasa membungkus informasi dan press realese agar lebih mudah diterima khayalak. 
            Kader KP memang semestinya yang lihai beretorika, berwajah sangar (seram-tegas), licik (berakal cerdik) dan tanggap situasi (responsif). Satu fakta, bahwa kader KP adalah diisi (kebanyakan) mahasiswa hukum. Cukup logis, karena kader jurusan hukum memiliki akses dan relevansi dalam menghukumi dan mengusulkan saran atas suatu fenomena secara yuridis dan filosfis. Apalagi hukum Islam, peluang syiar syariat dan pengelolaan masalah secara Islami lebih mudah disampaikan.

                 Semua Kunci Dakwah adalah Belajar!
            Seperangkat asosiasi tugas dan posisi demikian tidak mutlak. Seorang aktivis yang membawa istilah dakwah di belakangnya (sebagai controlling system) bisa direkruit dari berbagai kalangan keilmuan. Seorang pegiat kaderisasi sangat mungkin dari latar belakang keilmuan ‘teknik’. Tidak selamanya hanya dari latar belakang keilmuan pendidikan (yang mentang-mentang belajar teori behavioral) atau psikologi (yang belajar psikoanalisa kader). Bisa saja bermunculan dari berbagai kalangan. Coba Antum buka al Qur’an surah An Nisa ayat 58.
 Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat” (Q.S an Nisa:58)
Kata kuncinya adalah ‘amanat’. Kader muda yang memahami dan menghayati perannya sebagai pemimpin dan da’i, selalu berhati-hati dan antusias dalam menjalankan amanah. Dengan begitu ia tidak perlu ragu. Karena Allah akan memberi pelajaran yang sebaik-baiknya kepadanya.
Karena tabiat dakwah adalah kebaikan, maka semua sah bila dengan niat amal salih, ekspresi iman, dan kebijakan. Silahkan buka surah Al Kahfi ayat 30.
“Sesunggunya mereka yang beriman dan beramal saleh, tentulah Kami tidak akan menyia-nyiakan pahala orang-orang yang mengerjakan amalan(nya) dengan yang baik” (Q.S al Kahfi:30)
Kata kuncinya adalah iman dan amal salih. Kader KP dalam menjalankan proker dan jobdis (deskripsi amanah) selalu meletakkan dan menyertakan spirit iman dan amal salih agar Allah membalas amalan ikhwan dan akhowat dari KP dengan baik.
Kalau kader bermasalah dan khilaf, segera buka Alqur’an surah Al Maidah ayat 95.
“Tidak ada dosa bagi orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan yang saleh karena memakan makanan yang telah mereka makan dahulu, apabila mereka bertakwa serta beriman, dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, kemudian mereka tetap bertakwa dan beriman, kemudian mereka (tetap juga) bertakwa dan berbuat kebajikan. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan” (Q.S Al Maidah: 95)
Kata kuncinya sudah jelas. Bahwa terus saja dalam beramanah dan berdakwah. Pantang berhenti. Karena itu hal yang disukai Allah. Bila khilaf ingat spirit pembelajar sejati. Terus belajar.
Yang penting adalah belajar. Bila sebab belajar kader menjadi lebih bertaqwa, maka seperti dalam potongan terakhir dalam surah al Baqarah ayat 282. Allah akan mengajarimu.
Ana mengatakan kalau kader KP mesti seram dan licik. Ada landasannya ikhwah sekalian, yakni dalam surah al Fath: 29:
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka” (Q.S al Fath:29)
Rasulullah itu secara tidak langsung adalah model terbaik untuk kader KP.
Selain itu, karena dakwah adalah sistem perbaikan ummat yang berhimpun dalam jama’ah. Potensi kebaikan pastilah dimiliki oleh semua orang Islam. Maka, artinya semua orang berpotensi menjadi da’i.
Seorang kader KP bukan tidak dianggap penting. KP adalah bidang penting dakwah-pergerakan. Sinergitas KD dan KP yang kompak mempengaruhi citra organisasi dan ideologinya. Bayangkan bila anak-anak KP bukan bagian dari dakwah-pergerakan. Sungguh akan merepotkan seorang pemimpin membina dulu kader penggiat pengkaderan, dana-usaha, grup peneliti, dan jurnalis (HUMAS) supaya memetakan range (Jangkauan) pergerakan yang sebenarnya mainan keseharian anak-anak KP sendiri. It’s waste time. Berikut dasar-dasarnya:
Secara umum mereka yang terlibat dan berafiliasi dalam dakwah-pergerakan sangat dibutuhkan dalam menjaga eksistensi organisasi[2]. Istilah eksistensi bukanlah persepsi ambisi mau tampil agar dianggap baik. Namun, Islam sebagai watak perjuangan KAMMI diikutsertakan dan didefenisikan serta dipahami oleh semua kader bahwa kalau kader yang sedang berada dalam KAMMI semata-mata adalah suatu sikap dedikasi yang prinsip dan fundamental dalam perjuangan Islam secara hakiki. Tidak lain dan tidak bukan. Biarlah di sana banyak tonggak-tonggak perjuangan Islam seperti FPI, Jihadi, Hidayatullah, dan lain sebagainya, yang memang memperjuangkan Islam dan pemekarannya. Namun, biarlah di sini KAMMI yang ikut serta membangun negera Indonesia menjadi lebih Islami untuk kepentingan umat. Dan kader-kader KAMMI ada (in Sya ALLah) dipersiapkan dalam memperbaiki ummat. Bila eksistensi KAMMI sudah baik dan bersahabat. Secara langsung agama Islam akan harum namanya. Apalagi KAMMI akan menjadi model organisasi dakwah-pergerakan yang mewakili anak-anak muda dan pemimpin-pemimpin muda menemukan berbagai macam hal tentang Islam dan mengembangkan bakatnya sebagai media dakwah.
Eksistensi Islam bisa dilihat dari seberapa aktif KAMMI berkontribusi terhadap ummat disekitarnya. KP adalah departemen lantang yang menyuarakan panggilan-panggilan Islam. Menyeleksi hak dan batil dengan potensi keislamannya. Islam melalui kader KAMMI dipandang sebagai ummat yang perlu diketahui sistematika epistimologinya dalam menjalankan hidup dan KP sebagai kader-kader yang menyelesaikan semua permasalhan orang-orang Islam. Dan kader KAMMI bangga menjadi orang Islam yang selalu menyosialisasikan kebaikan. Lalu kembali ke kader KAMMI di bidang KP. Rasullah pernah bersabda: Orang Islam adalah yang selamat dari lisan dan tangan saudaranya.
Kader KP mesti menyelaraskan atmosfir keIslaman di semua suhu ummat, yakni spirit menjaga lisan dan tangannya di saat kebatilan menantang mereka dalam upaya memperlihatkan sejauh mana kader-kader dawkah menerjemahkan nilai selamat ala Islam tadi. (Paham?). Mudahnya begini. Musuh-musuh Islam mesti dihadapi dengan keras dan tegas. Karena ma’siat dan kekhilafan mereka membuat Islam jelek. Sekaligus perbuatkan menjengkelkan mereka menuntut Islam menunjukkan pendapat dan solusi untuk menyelesaikannya. Dalam penyelesaiannya tadi, kader KP mesti sudah mantap memahami rumus Islam. Yakni menyelamatkan saudara-saudara mereka dari lisan dan tangan. Tidak menyakiti dan tidak  menjadi tukang pentung. Maka dari sini bisa disimpulkan bahwa kader KAMMI di bidang KP mesti memahami rumus Islam dengan baik dalam menjalankan tugasnya. Beramanah.
Tidak perlu takut yang penting beriman, bertaqwa, dan belajar. Kesemuanya akan menunjukkan tangga pengajaran dari Allah sebagaimana potonngan terakhir ayat 282 surah al Baqarah. Allah yang mengajari. Tenang saja.  Relax.
Sekian. Yang penting banyak amal yauminya jangan kedodoran dan banyak membaca dan mengamati. 



[1] Materi ilmu logika yang berpengertian bahwa ada objek tertentu yang lebih luas dari objek lain yang menyertainya. Atau biasa disebut dalam ilmu matematika adalah himpunan. Contoh manusia lebih luas pengertiannya dari pada Ahmad, Fatimah. Alat transportasi lebih luas pengertiannya daripada motor.
[2] Setiap kader hendaklah menganggap dirinya begitu penting. Karena bila eksistensi dirinya sebagai pejuang Islam pudah atau hilang atau kabur. Maka bagaimana Islam akan maju dan meluas ke semua orang.